Notes about Selected Short Essay

I decided to add a new category in this blog that is "Selected Short Essay". The aim is simple, to publish my essay assignments on the web. It ranges from environmental issues, development issues, until tourism-leisure issues. Perhaps you will find something interesting, or even rubbish :p.

You can have it for personal and non-commercial uses (nevertheless, education/information is for all isn't it?). However, I really don't recommend you to use these essay, or even cite it, for your academic work (essay, paper, etc). The problem of citing these essay as your source is simple, how are you going to refer to it? Of course you also have option to give no citation/reference. Then it means you are a plagiat by so doing. And you know that plagiarism is an unforgiven sin hahahahhaha :). Respect others, respect yourself :).

Comments and discussions, instead, are warmly and eagerly welcome. You can say anything freely and then we can engage in an interesting opinion exchange :).

Tuesday, October 05, 2010

Pak Presiden, pembatalan kunjungan tersebut kurang elok

Saya berbeda pendapat tentang pembatalan kunjungan SBY ke belanda Oktober 2010 ini. Singkatnya, SBY membatalkan kunjungan tersebut karena adanya pengajuan tuntutan dari RMS kepada Pengadilan Den Haag untuk menangkap SBY. Alasan penangkapan? pelanggaran HAM. Alasan Presiden membatalkan kunjungan: "Kalau sampai digelar pengadilan saat saya berkunjung ke sana, itu menyangkut harga diri kita sebagai bangsa. Oleh karenanya, saya memutuskan menunda kunjungan ini"

Berita lebih rinci dapat dibaca disini. Silahkan gugling untuk berita-berita terkait.

Menurut saya, biarkan pengadilan tersebut memproses ini-itu, toh kalaupun hasilnya SBY 'dipanggil' utk memberi kesaksian, atau sbg terdakwa, dll; SBY tetap tidak bisa diapa2in. Belanda tidak sebodoh itu untuk menangkap kepala negara yang sedang berkunjung. Ada unggah-ungguh diplomatik internasional bukan? Bahkan waktu Sutiyoso (waktu masih gubernur) akan 'ditangkap' di Australia krn kasus Timtim kalo gak salah, pihak Australia yang malu krn menyalahi prinsip diplomatik tersebut. Australia yg harus minta maaf atas kelakuan polisi mereka.

Paus Benekditus baru saja berkunjung ke UK. Itu juga ada sekelompok orang yg mengajukan permintaan ke pengadilan UK utk menangkap Paus atas tuduhan melindungi pelecehan seksual para Pastor. Apakah kunjungan dibatalkan? TIDAK. Apakah Paus Benediktus ditangkap? TIDAK. Apakah Paus merasa harga dirinya terlecehkan? TIDAK. Padahal ada sejarah panjang -yang juga tidak nyaman- antara Gereja Katholik Roma dan Gereja Anglikan. Paus merasa rekonsiliasi ini lebih penting dibandingkan "ancaman" remeh dari tuntutan penangkapan tersebut. Kunjungan tersebut dapat dilaksanakan dan banyak hasil positif yang dicapai.

Apakah kita kurang cerdas untuk mengelola isu ini sehingga menguntungkan Indonesia? Kenapa kita tidak terpikir akan cara-cara elegan membungkus 'ancaman' tersebut menjadi suatu peluang menonjolkan Indonesia yang baru. Indonesia yang peduli HAM. Indonesia yang mencintai warganya walaupun mereka sekarang sedang 'nakal', Indonesia yang cinta kesatuan NKRI. Sama seperti saat Republik ini mengulurkan tangan perdamaian kepada GAM, kenapa kita tidak mengulurkan 'jabat tangan' memaafkan kenakalan RMS seraya mengundang mereka 'pulang' untuk membangun RI tercinta? dan lain-lain, dan lain-lain.

Jadi saya sangat menyangsikan alasan pembatalan kunjungan, apalagi demi "harga diri bangsa". No, kita bangsa bermatabat, kita menghargai janji yang kita buat atas negara lain. Kita menghargai sistem hukum di negara tersebut. Kita percaya pada janji/garansi keamanan di negara tersebut.

Dan, btw, menurutku, "harga diri bangsa" kita yang hakiki adalah pemenuhan janji negara terhadap warganya seperti termaktub dalam UUD 1945. Saya lebih merasa terlecehkan harga diri bangsa saya saat membaca kampung-masjid Ahmadiyah dibakar! Q-festival diteror oleh preman berjubah, GKI Yasmin & HKBP Ciketing dirusuh, tawuran antar preman di Ampera depan pengadilan Jakarta (sampai ada yang meninggal), rusuh Tarakan, korban LAPINDO yang diabaikan, kecelakaan kereta 2x dalam sehari!

Jadi, maaf, saya kok melihat ini sebagai bagian dari pencitraan lagi ya. Seolah2 SBY dikuyo-kuyo (ditindas) oleh bangsa asing alias kumpeni. Strategi sentimen 'tertindas' dimainkan lagi? Seperti saat2 menjelang pemilu 2004 dimana SBY 'ditindas' oleh TK/pemerintah.

Pertanyaan saya, apakah kita ingin melupakan hal yang lebih hakiki dan "lupa" untuk kritis terhadap pembatalan kunjungan ini? Bagaimana pendapat anda?